NIGHT
IN ISTANBUL
25 Mei 2005, 10 tahun
yang lalu, Ataturk Stadium di kota Istanbul, Turkey. Sebuah final kompetisi
sepakbola terbesar Eropa baru saja akan di mulai saat 2 team dari 2 negara
berbeda datang ke stadium tersebut untuk mencoba meraih mimpi mereka demi
merebut sebuah kehormatan tertinggi di kasta sepakbola Eropa. Mereka adalah AC
Milan dan Liverpool. Namun keduanya tidak akan mengira kalau final ini akan
menjadi final Liga Champion terhebat yang pernah ada. The Greatest Comeback
Final Ever, adalah julukan yang diberikan di saat akhir pertandingan merujuk ke
final dengan tingkat tensi tinggi selama 120 menit plus 9 menit waktu saat adu
penalty dilakukan. Final ini bukan saja mempertarukan gengsi antara kedua kutub
sepakbola yang mempunyai gaya yang bermain berbeda melainkan juga pembuktian
apakah Liverpool mampu mematahkan kutukan 20 tahun sejak terakhir Liverpool
menjuarainya 1984 di Roma sebelum Liverpool vakum dari keikutsertaan mereka di
Liga Champions akibat hukuman selama 5 tahun dri UEFA atas tragedy Hesyel di
tahun 1985. Liverpool membawa serta 18 punggawanya ke Atartuk Stadium tanpa
terkecuali Dietmar Hamman yang 3 hari sebelumnya mengalami masalah dengan
hamstring namun dia tidak akan pernah menyangka bahwa perannya nanti sangat
vital.
25 Mei 2005, 10 tahun yang lalu,
Ataturk Stadium di kota Istanbul, Turkey. Sebuah final kompetisi sepakbola
terbesar Eropa baru saja akan di mulai saat 2 team dari 2 negara berbeda datang
ke stadium tersebut untuk mencoba meraih mimpi mereka demi merebut sebuah
kehormatan tertinggi di kasta sepakbola Eropa. Mereka adalah AC Milan dan
Liverpool. Namun keduanya tidak akan mengira kalau final ini akan menjadi final
Liga Champion terhebat yang pernah ada. The Greatest Comeback Final Ever,
adalah julukan yang diberikan di saat akhir pertandingan merujuk ke final
dengan tingkat tensi tinggi selama 120 menit plus 9 menit waktu saat adu
penalty dilakukan. Final ini bukan saja mempertarukan gengsi antara kedua kutub
sepakbola yang mempunyai gaya yang bermain berbeda melainkan juga pembuktian
apakah Liverpool mampu mematahkan kutukan 20 tahun sejak terakhir Liverpool
menjuarainya 1984 di Roma sebelum Liverpool vakum dari keikutsertaan mereka di
Liga Champions akibat hukuman selama 5 tahun dri UEFA atas tragedy Hesyel di
tahun 1985. Liverpool membawa serta 18 punggawanya ke Atartuk Stadium tanpa
terkecuali Dietmar Hamman yang 3 hari sebelumnya mengalami masalah dengan
hamstring namun dia tidak akan pernah menyangka bahwa perannya nanti sangat
vital.
Liverpool
memulai babak kedua dengan bermain langsung menyerang. Sebuah gebrakan Harry
Kewell tercipta setelah menang duel lari man to man lawan salah satu bek
Olympiakos. Kewell melepaskan sebuah umpan manis ke kaki Sinama Pongolle dan
membawa Liverpool menyamakan kedudukan 1-1. Liverpool makin percaya diri.
Liverpool butuh 2 gol lagi sampai akhrnya Neil Mellor membawa Liverpool unggul
setelah memanfaatkan kemelut di depan gawang Nikopolidis. 2-1 untuk Liverpool.
Keunggulan tersebut nyatanya belum cukup untuk memastikan Liverpool lolos ke
fase knock out. Liverpool mulai mengurung pertahanan Olympiakos. Momen yang
ditunggu akhirnya datang. Carra yang saat itu naik membantu serangan Liverpool
mengirimkan sebuah umpan lambung ke kepala Mellor. Neil Mellor yang melihat
posisi Stevie kosong langsung pantulkan bola tersebut ke tengah tepat di jarak
bidikan Stevie G. Steven Gerrard yang sudah dari tadi menunggu akhirnya
menemukan posisi yang pas untuk membidik bola tersebut. Sebuah tendangan
setengah first time dengan tingkat akurasi 100% tepat plus daya hujam yang
keras membuat satu stadion Anfield bersorak riuh. Steven Gerrard bawa Liverpool
unggul 3-1 ata Olympiakos pada salah satu malam comeback hebat pada season
tersebut. Komentator Sky Sport saat itu Andy Gray dan Martin Tyler pun sampai
teriak “ Oh beauty, What a hit, son “ berulang-ulang 2 komentaor itu puji gol
Stevie G (Panggilan akrab gerrard). Atmosfer satu stadion Anfield pun berubah
darinya tadi tegang sampe ke ubun-ubun menjadi sebuah kelegaan massal.
Liverpool lolos
Inilah awal yang
menyakinkan Liverpool yang maju ke fase knock-out sebagai runner up group
menemani AS Monaco yang menjadi juara Grup A. Liverpool unggul perbedaan goal
dari Olympiakos walaupun sama-sama mempunyai poin 10, Liverpool yang lolos dari
lubang jarum. Di fase knock-out Liverpool dipertemukan
juara grup B,Bayern Leverkusen. yang mengungguli Madrid di grup B. Liverpool
Seperti tanpa kesulitan. Liverpool melenggang di dua pertemuan kandang dan
tandang yang masing-masing tercipta skor 3-1 sehingga menciptakn agregat besar
6-2. Luis Garcia, Milan Baros, John Arne Risse, Didi Hamman masing-masing
menyumbangkan goal di kedua pertemuan melawan Leverkusen.
Pada
drawing yang dilakukan di markas besar UEFA di Nyon, Swiss, Liverpool
dipertemukan dengan Juventus di perempat final. Semua orang tertuju pada
peristiwa paling memilukan publik sepakbola Eropa 23 tahun yang lalu, Tragedi
Hesyel yang menewaskan 39 suporter. Polemik sempat muncul akan adanya isu
boikot pertandingan oleh pihak keluarga korban terutama fans Juventus namun hal
tersebut tidak terjadi. Pertandingan pertama di gelar di Anfield.Diawali sebuah
upacara penghormatan untuk 39 korban tragedy Hesyel. Upacara ini juga dihadiri
oleh dua legenda masing-masing klub, Ian Rush dan Platini.
upacara
itu tidak mengurangi tensi pertandingan saat dimulai. Sami Hyypia buka
keunggulan Liverpool melalui tandukannya setelah memanfaatkan sepak pojok. 1-0
Liverpool. Tak berselang berapa lama, Luis Garcia memperlihatkan sebuah
tendangan spektakular dari jarak sekitar 25 meter menghujam jala Gigi Buffon.
2-0 keunggulan Liverpool pada babak pertama. Gambaran para suporter saat itum
Liverpool bakal lewati babak kedua dengan mudah. Namun tidak...Di babak kedua
Juventus mulai bermain menyerang sampai pada akhirnya lemahnya kordinasi lini
belakang Liverpool mampu dimanfaatkan Fabio Cannavaro mencetak goal tandang
untuk Juventus yang mungkin menjadi modal utama Juve untuk habisi LFC di Turin.
Pertemuaan kedua berlangsung di Turin, Juventus minimal memerlukan kemenangan
1-0 atas Liverpool untuk memuluskan jalan mereka ke semifinal. Namun Liverpool
adalah Liverpool, dengan segalah kegigihan sampai akhir pertandingan,
keunggulan 2-1 dari Anfield mampu dijaga Liverpool. Liverpool yang saat itu
langsung dicap bermain super defensive dan sedikit pragmatis oleh Juventus,
namun Rafa Benitez menolak berkomentar.
Liverpool
melenggang ke semifinal dan ditunggu Chelsea. Chelsea yang saat itu
dipredikatkan sebagai tim kaya baru tidak mampu memperlihakan sisi uang mereka
saat mereka ditahan LFC di Stamford Bridge dengan skor 0-0
Di Anfield, Mou tetap dengan raut
muka Songongnya sengaja menuliskan sebuah tulisan di kaca depan bus yang
membawa Chelsea ke Anfield. Dalam tulisan tersebut tertulis “Yang dua telah
tumbang, satu lagi menyusul “ namun nampaknya tulisan tersebut tidak
berpengaruh di lapangan. Babak pertama, kedua tim bermain dengan tempo biasa.
Chelsea pun merasakan keriuhan
Anfield sehingga mereka sulit mengembangkan permainan. Stevie G melakukan
sebuah pergerakan mencari kawan,menemukan Milan Baros berlari cepat masuk
dengan ke dalam kotak penalti Chelsea, Baros menemukan Petr Cech siap menyergap
bola tersebut dan hasilnya Cech malah meninju muka Milan Baros dan bola pun
bergerak liar. Bola liar pun langsung disambar Luis Garcia yang berdiri bebas.
Bola langsung menuju ke gawang kosong sebelum disapu oleh Gallas yang datang
dari entah kemana ditemani John Terry yang tidak mampu berbuat apa-apa. Tidak
ada yang tahu sampai sekarang apakah bola tersebut melewati garis apa tidak,
yang jelas hakim garis langsung memberikan tanda kalau bola telah lewat garis
gawang. wasit mengesahkan goal tersebut Liverpool bersorak.
Walaupun
misalnya pas waktu itu gol Luis Garcia gak disahkan oleh wasit, Liverpool tetap
berhak diberikan sebuah penalti atas pelanggaran yang dilakukan Cech. Di babak
kedua, Chelsea semakin bermain menyerang dan tidak memperdulikan lini
pertahanan mereka yang semakin terbuka. Namun hasil yang mereka dapat karena
kesombongan mereka hanyalah sebuah isapan jempol karena Liverpool mampu keluar
sebagai pemenangnya. Setelah wasit meniupkan peluit panjang, Euforia Anfield
meledak bagaikan sebuah peluncuran roket antarikasa.Liverpool ke final Liga
Champions. Steven Gerrard dkk langsung melakukan selebrasi dan merayakan
semuanya ke setiap sudut lapangan Anfield. Final ke 6 untuk Liverpool.
Sementara itu Jose Mourinho yang langsung diwanwancarai wartawan mengatakan
bahwa dia tidak akan pernah mengakui goal Luis Garcia tersebut. Dia menggangap
keriuhan Anfield-lah yang mencetak gol tersebut serta menyebut keputusan hakim
garis telah diintervensi oleh para suporter. Namun ocehan Mou tersebut hanya
dianggap angin lalu karena dalam kenyataan Liverpool berhasil melaju ke final
lagi setelah 22 tahun lamanya. Liverpool segera bersiap untuk sebuah final
paling bersejarah di kasta sepakbola tertinggi di Eropa.
Setelah menyelesaikan seluruh
sisa pertandingan di EPL. Liverpool hanya mampu finish di peringkat ke 5 di
bawah Everton, Liverpool sadar satu-satunya jalan yang harus Liverpool tempuh
demi kembali ke Liga Champions musim depan adalah memenangi laga pamungkas di
Istanbul itu. Di luar teknis pertandingan, pemerintahan Turki sempat meragukan
Final ini akan berjalan mulus dikarenakan ketakutan mereka akan ulah Hooligans
yang datang ke Istanbul dan ketakutan mereka tidak terbukti. Final tersebut
dijaga 6000 petugas keamanan. Namun yang lebih ditakutkan oleh panitia adalah
membeludaknya penonton yang datang ke Turki. 100.000 orang diperkirakan datang
ke Istanbul Alokasi tiket untuk final ini disediakan sekitar 65.000 tiket
dengan pembagian setiap tim kebagian 20.000 dan 7.500 nya dijual via Online dan
sisanya dialokasikan untuk kegiatan Football Family. Dalam waktu beberapa hari
setelah dibuka, tiket final tersebut ludes.
pun
melaporkan sekitar 30.000 Liverpuldian melakukan perjalanan ke Istanbul melalui
jalan darat maupun udara namun hanya sekitar 20.000 suporter yang akan kebagian
tiket menonton. Sisanya memadati pub-pub dipinggiran stadion Sebelum
pertandingan banyak yang meragukan Liverpool akan keluar sebagai pemenang
karena hanya dijadikan team underdog. Dan banyak komentar tersebut datang dari
fans United seperti yang dikatakan oleh Rob Smyth, seorang pengurus Manutd
fans. " Aku tidak pernah mengerti kenapa semuanya menyampah untuk mendukung
Liverpool. Saya pikir, Liverpool akan dihabisi Milan " Rob Smyth. Namun
Stevie G balas semua komen negatif tersebut dengan kalimat " Lifting the
trophy has to be the best feeling ever (menyindir)". Dalam bursa taruhan
pun, hampir 74 % betting bookers manaruh uang mereka untuk kemenangan AC Milan.
Yang paling mencolok lagi adalah mengenai pakaian yang dikenakan. Saat
Liverpool tiba di Stadium, para pemain hanya menggenakan setelan pakaian
training santai dengan style seadanya dan yang beda adalah Saat pemain AC Milan
semua pemain turun dari bus dengan setelan jas bermerek serta sepatu Van Tovel
hitam mengkilat. Namun semua hal yang meremehkan Liverpool tersebut, akan
segera berakhir.....
Liverpool
berutung bisa memilih jersey warna apa yang akan mereka pakai.Jersey merah yang
mereka kenakan saat final dengan putih untuk Milan dikarenakan Liverpool yang
menjadi tuan rumahnya. Wasit yang memimpin pertandingan final saat itu yang
dipilih UEFA adalah Manuel Mejuto González, wasit asal Spanyol yg dikenal
tegas. Mejuto Gonzales dibantu Clemente Plou, Oscar Samaniego sebagai hakim
garis dan Arturo Dauden Ibáñez sebagai wasit keempat.
Liverpool: Dudek, Finnan,
Carragher, Hyypia, Traore, Luis Garcia, Gerrard, Xabi Alonso, John Arne Riise,
Harry Kewell, Milan Baros. Subtitusinya: Scott Carson, Josemi, Dietmar Hamann,
Antonio Núñez, Igor Bišćan, Djibril Cissé, Vladimír Šmicer
AC Milan: Dida, Cafu, Jaap Stam,
Nesta, Paolo Maldini, Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, Clarence Seedorf; Kaka,
Hernan Crespo, Shevchenko. Milan subtitusi: Christian Abbiati, Kakha Kaladze.
Alessandro Costacurta. Rui Costa, Vikash Dhorasoo, Serginho, Jon Dahl Tomasson
Skema
awal, Liverpool terapkan
formasi 4-4-1-1 dengan menaruh Milan Baros sebagai ujung tombak yang disupport
Kewell dan Luis Garcia. Steven Gerrard bertugas sebagai advance playmaker
sedangkan Xabi sebagai supplier. Ini lah hal yang pincang di babak pertama,
Liverpool tidak menyadari potensi serangan Milan yang bertumpu pada seorang
Kaka.Liverpool tidak memasang pemain penutup pergerakan Kaka. Sedangkan Milan,
format awal mereka di babak pertama memang mereka rancang untuk menghabisi lini
tengah Liverpool. Sedangkan Kaka dibiarkan bermain sendirian dengan kreasi dia
sendiri untuk melayani dua bomber AC Milan, Shevchenko dan Crespo. Fakta yang
menarik adalah, reporter BBC mencatat bahwa keriuhan di stadion menjelang
pertandingan, didominasi oleh fans Liverpool dengan 1:7.
1'
Wasit peluit kick off untuk menandakan pertandingan telah dimulai. Baru
berjalan sekitar 35 detik'an, Paolo Maldini berhasil menjebol gawang Dudek
lewat tendangan volinya. Maldini memanfaatkan free kick Andrea Pirlo dari sisi
kiri pertahanan Liverpool. Pirlo dengan jeli melihat situasi kelemahan
pertahanan LFC. 18' Harry Kewell menambah daftar panjang penderitaan Liverpool
dibabak pertama. Lututnya tidak mampu lagi untuk melanjutkan final. Smicer
masuk menggantikan Kewell. 20.000 traveling kop yang datang ke Ataturk tidak
henti-hentinya memberikan nyanyian, teriakan agar para pemain LFC bangkit.
Sebelum persis memasuki menit ke 38, Liverpool lebih sedikit bisa menekan,
namun pergerakan Kaka lagi-lagi menjadi masalah yg dikhawatirkan. Dan akhirnya
petaka ke 2 pun datang, Luis Garcia dijatuhkan Nesta dalam kotak penalti Milan.
Namun wasit mengacuhkan kejadian tersebut. Pertahanan LFC tidak siap menerima
serangan balik yang dilakukan Sheva sampai dia memberikan sodoran dari kiri
hingga menemui Crespo. Crespo dengan mudah menceploskan bola ke gawang Dudek
tanpa pengawalan berarti. 2-0 untuk Milan. Peruntungan AC Milan tidak habis
disitu saja,beberapa menit kemudian, Kaka kembali menjadi malapetaka.
Pergerakan dia ditengah lolos dari pengawasan Xabi Alonso dengan cerdik melihat
pergerakan tanpa bola Crespo.Langsung saja dia lambungkan bola,dan mampu
dikontrol Crespo tanpa ada kesulitan menaklukkan Jerzy Dudek. Jamie Carragher
tak sempat menjangkau Crespo saat itu karena sudah kalah pace duluan. 3-0 untuk
AC Milan. Sebuah bencana yang krusial bagi Liverpool dimana mereka tidak mampu
menahan Milan.
Half time:
apa sebenarnya yang dilakukan
Rafa Benitez saat berada di dressing room untuk membangkitkan rasa semangat
pemain Liverpool yg tengah drop? inilah beberapa pernyataan pemain Liverpool
yang berada di dressing room......
Steven Gerrard: Rafa masuk ke
ruang ganti, menenangkan kita semua, menulis sesuatu di papan taktik dan dia
berkata " yang harus kita lakukan hanyalah mencoba mencetak goal seawal
mungkin dan itu akan merubah segalanya, percaya " aku hanya duduk
termenung dan berpikir kalau semuanya telah berakhir saat itu "
Jerzy Dudek: " Rafa hanya
mengatakan bahwa kita adalah Liverpool Football Club dan kita tidak mungkin
terbantai. ikuti suara-suara riuh fans di luar sana "
Djimi Traore: " Saat kami
sedang berada di ruang ganti, kami semua mendengar AC Milan sedang merayakan
kemenangan mereka di babak pertama mereka merayakan seolah mereka telah juara.
Namun mereka tak sadar bahwa mereka lah yang memicu rasa 'lapar' kami di babak
kedua "
Luis Garcia: " Saat kami
semua duduk termenung diruang ganti, kami mendengar para fans tanpa henti
menyanyikan YNWA di luar sana, apa kamu bisa membayangkannya? kita tertinggal
3-0 dalam sebuah final namun 45.000 fans masih percaya kalau kita mampu
bangkit."
Lanjut ke babak kedua, babak baru
di mana sejarah baru akan tercipta dan babak baru akan hal yang tidak mungkin
bisa dilupakan. Di babak kedua, Rafa memutuskan untuk memainkan Didi Hamann
yang akan diplot sebagai holding and supplying midfielder agar Stevie dapat
leluasa memainkan perannya sebagai dirijen. Xabi masih diplot sebagai supplier
bola ke berbagai arah. Didi Hamann masuk mengantikan Finnan. Dengan masuknya
DIdi Hamann secara otomatis, Liverpool bermain dengan 5 gelandang dengan Didi
bantu cover Stevie. Luis Garcia menemai Baros di depan. Xabi Alonso tenang
sebagai supplier sekaligus defensive midfielder.Traore digeser masuk agak dalam
pertahanan.pusat serangan ada di Stevie
'54 Riise mencoba mengirimkan sebuah
cross ke kotak penalti AC Milan, namun masih dapat di blok dan kesempatan kedua
langsung dia manfaatkan Riise melihat Stevie tanpa pengawalan berada di dalam
kotak penalti lawan, langsung dia kirim cross,sebuah tandukan Stevie masuk ke
pojok kanan gawang Dida yang saat itu sudah mati langkah. 1-3 untuk Liverpool.
Kapten Stevie langsung mengangkat kedua tangannya dan mengayunkan ke atas
sampai 4 kali sebagai sinyal " hayo bangkit, hayo bangkit " dan dari
momen itulah, Liverpool menemukan kembali semangat bertanding mereka.
Hanya dalam tempo 2 menit setelah
terjadinya goal pertama, Liverpool kembali menunjukkan kelasnya dengan
mengurung habis pertahanan AC Milan. Vladimir Smicer melepaskan tendangan
geledek berjarak sekitar 20 meter dan meluncur akurat ke sudut pojok gawang
Dida. Thanks to Carra yang melihat posisi leluasa Smicer.
Dan 3 menit kemudian, sebuah
pergerakan tanpa bola Stevie masuk ke dalam kotak penalti untuk sodoran dari
kanan. Dengan pengawalan ketat dari Gennaro Gattuso dan dengan sedikit trik
gravitasi bumi dari Stevie, dia terjatuh. dan wasit langsung menunjukkan titik
putih dan Liverpool mendapatkan penalti. Para pemain Milan langsung menghampiri
sang wasit namun wasit tetap dengan pendiriannya. Xabi Alonso ditunjuk sebagai
algojo. Xabi Alonso menendang bola ke arah kiri namun masih dapat diblok Dida,
bola rebound langsung disambar Xabi yang lebih cepat bergerak. 3-3 kenyataan
yang ada di papan skor. Dramatis, satu kata yang bisa menggambarkan apa yang
dilakukan pemain Liverpool dalam tempo 6 menit saja.
Liverpool mulai mengendurkan
serangan ketika memasuki menit ke 84. Rafa memasukkan final change yaitu Cisse
mengantikan Baros. Sedangkan Milan? Carletto memperbaharui amunisi serangan
dengan memasukkan Jon Dahl Tomasson menggantikan Crespo serta Serginho for
Seedrof. Sampai akhir babak kedua skor berubah drastis. 3-3, semua fans
Liverpool tak hentinya menyanyikan YNWA, Fields of anfield road dan
lain-lainnya. Pertandingan dilanjutkan melalui babak extra time. Stevie
sekarang diplot sebagai bek kanan untuk membantu pertahanan Liverpool. Di extra
time 1 dan 2, semuanya jadi milik Milan dan Jerzy Dudek. Di kedua babak ini,
Milan menekan penuh namun Dudek lah yang jadi pusat perhatian. Karena
setidaknya ada 3 saves penting di interval tambahan ini. Yang terheroik saat
mementahkan 2 peluang emas depan mulut gawang oleh Sheva dalam satu momen.
Akhirnya pertandingan harus
dilanjukan ke babak tos-tosan a.k.a adu penalti. Rafa menunjuk
Hamann,Cisse,Smicer,Riise sebagai algojo pertama. Sementara itu, Carletto
menunjuk Serginho, Pirlo, Kaka, Tomasson dan Sheva sebagai algojo mereka.
Penendang pertama AC Milan, Serginho melayangkan bola entah kemana, Didi Hamann
menyelesaikan tugasnya dengan baik walaupun dia sempat mengeluh sakit di
kakinya saat babak extra time. Pirlo juga menjadi penendang yg gagal setelah
tendangannya dimentahkan Dudek. Cisse yang pada pertandingan terakhir vs Aston
Villa mencetak goal lewat titik penalti, kali ini dia sukses pula mempecundangi
Dida. 2-0. Jon Dahl Tomasson maju dan menyelesaikan tendangan dengan baik
membuat score pertama Milan dalam adu penalti sebelum Smicer datang dan
memperpanjang jarak menjadi 3-1.Kaka berikutnya ambil giliran, tanpa cacat dia
ceploskan bola walaupun Dudek sudah melakukan apa yang dianjurkan Carra untuk
mengikuti goyangan spagetti ala Bruce Grobbelaar. 3-2. Riise maju untuk
mengesekusi penalti, namun sayang tendangannya masih mampun dimentahkan DIda.
Dan penendang terakhir datang, Andriy Shevchenko menghadapi Dudek. Sheva taruh
bola, )ambl bidikan ke tengah,namun dia salah perhitungan waktu.Dudek sudah
salah gerak,tapi bola masih dapat teraih dirinya. LIVERPOOL BERSORAK!!!!!!!
LIVERPOOL ARE THE CHAMPION OF THE
EUROPE, AGAIN. Akhirnya setelah penantian panjang 20 tahun lamanya, Liverpool
berhasil memecahkan kutukan 20 tahun lamanya. Sebuah pertandingan paling
dramatis yang pernah ada, yang paling menyedot banyak perhatian dan yang paling
banyak menyimpan nilai kehidupan. Atas raihan gelar kelima ini, Liverpool
dianugerahi UEFA Badge Of Honour atas keberhasilan mereka meraih trofi eropa
yang kelima yang artinya Liverpool berhak untuk menyimpan trophy asli Liga
Champions.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar