Rabu, 23 Desember 2015

NIGHT IN ISTANBUL

25 Mei 2005, 10 tahun yang lalu, Ataturk Stadium di kota Istanbul, Turkey. Sebuah final kompetisi sepakbola terbesar Eropa baru saja akan di mulai saat 2 team dari 2 negara berbeda datang ke stadium tersebut untuk mencoba meraih mimpi mereka demi merebut sebuah kehormatan tertinggi di kasta sepakbola Eropa. Mereka adalah AC Milan dan Liverpool. Namun keduanya tidak akan mengira kalau final ini akan menjadi final Liga Champion terhebat yang pernah ada. The Greatest Comeback Final Ever, adalah julukan yang diberikan di saat akhir pertandingan merujuk ke final dengan tingkat tensi tinggi selama 120 menit plus 9 menit waktu saat adu penalty dilakukan. Final ini bukan saja mempertarukan gengsi antara kedua kutub sepakbola yang mempunyai gaya yang bermain berbeda melainkan juga pembuktian apakah Liverpool mampu mematahkan kutukan 20 tahun sejak terakhir Liverpool menjuarainya 1984 di Roma sebelum Liverpool vakum dari keikutsertaan mereka di Liga Champions akibat hukuman selama 5 tahun dri UEFA atas tragedy Hesyel di tahun 1985. Liverpool membawa serta 18 punggawanya ke Atartuk Stadium tanpa terkecuali Dietmar Hamman yang 3 hari sebelumnya mengalami masalah dengan hamstring namun dia tidak akan pernah menyangka bahwa perannya nanti sangat vital.
25 Mei 2005, 10 tahun yang lalu, Ataturk Stadium di kota Istanbul, Turkey. Sebuah final kompetisi sepakbola terbesar Eropa baru saja akan di mulai saat 2 team dari 2 negara berbeda datang ke stadium tersebut untuk mencoba meraih mimpi mereka demi merebut sebuah kehormatan tertinggi di kasta sepakbola Eropa. Mereka adalah AC Milan dan Liverpool. Namun keduanya tidak akan mengira kalau final ini akan menjadi final Liga Champion terhebat yang pernah ada. The Greatest Comeback Final Ever, adalah julukan yang diberikan di saat akhir pertandingan merujuk ke final dengan tingkat tensi tinggi selama 120 menit plus 9 menit waktu saat adu penalty dilakukan. Final ini bukan saja mempertarukan gengsi antara kedua kutub sepakbola yang mempunyai gaya yang bermain berbeda melainkan juga pembuktian apakah Liverpool mampu mematahkan kutukan 20 tahun sejak terakhir Liverpool menjuarainya 1984 di Roma sebelum Liverpool vakum dari keikutsertaan mereka di Liga Champions akibat hukuman selama 5 tahun dri UEFA atas tragedy Hesyel di tahun 1985. Liverpool membawa serta 18 punggawanya ke Atartuk Stadium tanpa terkecuali Dietmar Hamman yang 3 hari sebelumnya mengalami masalah dengan hamstring namun dia tidak akan pernah menyangka bahwa perannya nanti sangat vital.

Liverpool memulai babak kedua dengan bermain langsung menyerang. Sebuah gebrakan Harry Kewell tercipta setelah menang duel lari man to man lawan salah satu bek Olympiakos. Kewell melepaskan sebuah umpan manis ke kaki Sinama Pongolle dan membawa Liverpool menyamakan kedudukan 1-1. Liverpool makin percaya diri. Liverpool butuh 2 gol lagi sampai akhrnya Neil Mellor membawa Liverpool unggul setelah memanfaatkan kemelut di depan gawang Nikopolidis. 2-1 untuk Liverpool. Keunggulan tersebut nyatanya belum cukup untuk memastikan Liverpool lolos ke fase knock out. Liverpool mulai mengurung pertahanan Olympiakos. Momen yang ditunggu akhirnya datang. Carra yang saat itu naik membantu serangan Liverpool mengirimkan sebuah umpan lambung ke kepala Mellor. Neil Mellor yang melihat posisi Stevie kosong langsung pantulkan bola tersebut ke tengah tepat di jarak bidikan Stevie G. Steven Gerrard yang sudah dari tadi menunggu akhirnya menemukan posisi yang pas untuk membidik bola tersebut. Sebuah tendangan setengah first time dengan tingkat akurasi 100% tepat plus daya hujam yang keras membuat satu stadion Anfield bersorak riuh. Steven Gerrard bawa Liverpool unggul 3-1 ata Olympiakos pada salah satu malam comeback hebat pada season tersebut. Komentator Sky Sport saat itu Andy Gray dan Martin Tyler pun sampai teriak “ Oh beauty, What a hit, son “ berulang-ulang 2 komentaor itu puji gol Stevie G (Panggilan akrab gerrard). Atmosfer satu stadion Anfield pun berubah darinya tadi tegang sampe ke ubun-ubun menjadi sebuah kelegaan massal. Liverpool lolos
 Inilah awal yang menyakinkan Liverpool yang maju ke fase knock-out sebagai runner up group menemani AS Monaco yang menjadi juara Grup A. Liverpool unggul perbedaan goal dari Olympiakos walaupun sama-sama mempunyai poin 10, Liverpool yang lolos dari lubang jarumDi fase knock-out Liverpool dipertemukan juara grup B,Bayern Leverkusen. yang mengungguli Madrid di grup B. Liverpool Seperti tanpa kesulitan. Liverpool melenggang di dua pertemuan kandang dan tandang yang masing-masing tercipta skor 3-1 sehingga menciptakn agregat besar 6-2. Luis Garcia, Milan Baros, John Arne Risse, Didi Hamman masing-masing menyumbangkan goal di kedua pertemuan melawan Leverkusen.

Pada drawing yang dilakukan di markas besar UEFA di Nyon, Swiss, Liverpool dipertemukan dengan Juventus di perempat final. Semua orang tertuju pada peristiwa paling memilukan publik sepakbola Eropa 23 tahun yang lalu, Tragedi Hesyel yang menewaskan 39 suporter. Polemik sempat muncul akan adanya isu boikot pertandingan oleh pihak keluarga korban terutama fans Juventus namun hal tersebut tidak terjadi. Pertandingan pertama di gelar di Anfield.Diawali sebuah upacara penghormatan untuk 39 korban tragedy Hesyel. Upacara ini juga dihadiri oleh dua legenda masing-masing klub, Ian Rush dan Platini.

upacara itu tidak mengurangi tensi pertandingan saat dimulai. Sami Hyypia buka keunggulan Liverpool melalui tandukannya setelah memanfaatkan sepak pojok. 1-0 Liverpool. Tak berselang berapa lama, Luis Garcia memperlihatkan sebuah tendangan spektakular dari jarak sekitar 25 meter menghujam jala Gigi Buffon. 2-0 keunggulan Liverpool pada babak pertama. Gambaran para suporter saat itum Liverpool bakal lewati babak kedua dengan mudah. Namun tidak...Di babak kedua Juventus mulai bermain menyerang sampai pada akhirnya lemahnya kordinasi lini belakang Liverpool mampu dimanfaatkan Fabio Cannavaro mencetak goal tandang untuk Juventus yang mungkin menjadi modal utama Juve untuk habisi LFC di Turin. Pertemuaan kedua berlangsung di Turin, Juventus minimal memerlukan kemenangan 1-0 atas Liverpool untuk memuluskan jalan mereka ke semifinal. Namun Liverpool adalah Liverpool, dengan segalah kegigihan sampai akhir pertandingan, keunggulan 2-1 dari Anfield mampu dijaga Liverpool. Liverpool yang saat itu langsung dicap bermain super defensive dan sedikit pragmatis oleh Juventus, namun Rafa Benitez menolak berkomentar.

Liverpool melenggang ke semifinal dan ditunggu Chelsea. Chelsea yang saat itu dipredikatkan sebagai tim kaya baru tidak mampu memperlihakan sisi uang mereka saat mereka ditahan LFC di Stamford Bridge dengan skor 0-0 
Di Anfield, Mou tetap dengan raut muka Songongnya sengaja menuliskan sebuah tulisan di kaca depan bus yang membawa Chelsea ke Anfield. Dalam tulisan tersebut tertulis “Yang dua telah tumbang, satu lagi menyusul “ namun nampaknya tulisan tersebut tidak berpengaruh di lapangan. Babak pertama, kedua tim bermain dengan tempo biasa.

Chelsea pun merasakan keriuhan Anfield sehingga mereka sulit mengembangkan permainan. Stevie G melakukan sebuah pergerakan mencari kawan,menemukan Milan Baros berlari cepat masuk dengan ke dalam kotak penalti Chelsea, Baros menemukan Petr Cech siap menyergap bola tersebut dan hasilnya Cech malah meninju muka Milan Baros dan bola pun bergerak liar. Bola liar pun langsung disambar Luis Garcia yang berdiri bebas. Bola langsung menuju ke gawang kosong sebelum disapu oleh Gallas yang datang dari entah kemana ditemani John Terry yang tidak mampu berbuat apa-apa. Tidak ada yang tahu sampai sekarang apakah bola tersebut melewati garis apa tidak, yang jelas hakim garis langsung memberikan tanda kalau bola telah lewat garis gawang. wasit mengesahkan goal tersebut Liverpool bersorak.

Walaupun misalnya pas waktu itu gol Luis Garcia gak disahkan oleh wasit, Liverpool tetap berhak diberikan sebuah penalti atas pelanggaran yang dilakukan Cech. Di babak kedua, Chelsea semakin bermain menyerang dan tidak memperdulikan lini pertahanan mereka yang semakin terbuka. Namun hasil yang mereka dapat karena kesombongan mereka hanyalah sebuah isapan jempol karena Liverpool mampu keluar sebagai pemenangnya. Setelah wasit meniupkan peluit panjang, Euforia Anfield meledak bagaikan sebuah peluncuran roket antarikasa.Liverpool ke final Liga Champions. Steven Gerrard dkk langsung melakukan selebrasi dan merayakan semuanya ke setiap sudut lapangan Anfield. Final ke 6 untuk Liverpool. Sementara itu Jose Mourinho yang langsung diwanwancarai wartawan mengatakan bahwa dia tidak akan pernah mengakui goal Luis Garcia tersebut. Dia menggangap keriuhan Anfield-lah yang mencetak gol tersebut serta menyebut keputusan hakim garis telah diintervensi oleh para suporter. Namun ocehan Mou tersebut hanya dianggap angin lalu karena dalam kenyataan Liverpool berhasil melaju ke final lagi setelah 22 tahun lamanya. Liverpool segera bersiap untuk sebuah final paling bersejarah di kasta sepakbola tertinggi di Eropa.
Setelah menyelesaikan seluruh sisa pertandingan di EPL. Liverpool hanya mampu finish di peringkat ke 5 di bawah Everton, Liverpool sadar satu-satunya jalan yang harus Liverpool tempuh demi kembali ke Liga Champions musim depan adalah memenangi laga pamungkas di Istanbul itu. Di luar teknis pertandingan, pemerintahan Turki sempat meragukan Final ini akan berjalan mulus dikarenakan ketakutan mereka akan ulah Hooligans yang datang ke Istanbul dan ketakutan mereka tidak terbukti. Final tersebut dijaga 6000 petugas keamanan. Namun yang lebih ditakutkan oleh panitia adalah membeludaknya penonton yang datang ke Turki. 100.000 orang diperkirakan datang ke Istanbul Alokasi tiket untuk final ini disediakan sekitar 65.000 tiket dengan pembagian setiap tim kebagian 20.000 dan 7.500 nya dijual via Online dan sisanya dialokasikan untuk kegiatan Football Family. Dalam waktu beberapa hari setelah dibuka, tiket final tersebut ludes.

pun melaporkan sekitar 30.000 Liverpuldian melakukan perjalanan ke Istanbul melalui jalan darat maupun udara namun hanya sekitar 20.000 suporter yang akan kebagian tiket menonton. Sisanya memadati pub-pub dipinggiran stadion Sebelum pertandingan banyak yang meragukan Liverpool akan keluar sebagai pemenang karena hanya dijadikan team underdog. Dan banyak komentar tersebut datang dari fans United seperti yang dikatakan oleh Rob Smyth, seorang pengurus Manutd fans. " Aku tidak pernah mengerti kenapa semuanya menyampah untuk mendukung Liverpool. Saya pikir, Liverpool akan dihabisi Milan " Rob Smyth. Namun Stevie G balas semua komen negatif tersebut dengan kalimat " Lifting the trophy has to be the best feeling ever (menyindir)". Dalam bursa taruhan pun, hampir 74 % betting bookers manaruh uang mereka untuk kemenangan AC Milan. Yang paling mencolok lagi adalah mengenai pakaian yang dikenakan. Saat Liverpool tiba di Stadium, para pemain hanya menggenakan setelan pakaian training santai dengan style seadanya dan yang beda adalah Saat pemain AC Milan semua pemain turun dari bus dengan setelan jas bermerek serta sepatu Van Tovel hitam mengkilat. Namun semua hal yang meremehkan Liverpool tersebut, akan segera berakhir.....

Liverpool berutung bisa memilih jersey warna apa yang akan mereka pakai.Jersey merah yang mereka kenakan saat final dengan putih untuk Milan dikarenakan Liverpool yang menjadi tuan rumahnya. Wasit yang memimpin pertandingan final saat itu yang dipilih UEFA adalah Manuel Mejuto González, wasit asal Spanyol yg dikenal tegas. Mejuto Gonzales dibantu Clemente Plou, Oscar Samaniego sebagai hakim garis dan Arturo Dauden Ibáñez sebagai wasit keempat.
Liverpool: Dudek, Finnan, Carragher, Hyypia, Traore, Luis Garcia, Gerrard, Xabi Alonso, John Arne Riise, Harry Kewell, Milan Baros. Subtitusinya: Scott Carson, Josemi, Dietmar Hamann, Antonio Núñez, Igor Bišćan, Djibril Cissé, Vladimír Šmicer

AC Milan: Dida, Cafu, Jaap Stam, Nesta, Paolo Maldini, Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, Clarence Seedorf; Kaka, Hernan Crespo, Shevchenko. Milan subtitusi: Christian Abbiati, Kakha Kaladze. Alessandro Costacurta. Rui Costa, Vikash Dhorasoo, Serginho, Jon Dahl Tomasson

Skema             awal, Liverpool terapkan formasi 4-4-1-1 dengan menaruh Milan Baros sebagai ujung tombak yang disupport Kewell dan Luis Garcia. Steven Gerrard bertugas sebagai advance playmaker sedangkan Xabi sebagai supplier. Ini lah hal yang pincang di babak pertama, Liverpool tidak menyadari potensi serangan Milan yang bertumpu pada seorang Kaka.Liverpool tidak memasang pemain penutup pergerakan Kaka. Sedangkan Milan, format awal mereka di babak pertama memang mereka rancang untuk menghabisi lini tengah Liverpool. Sedangkan Kaka dibiarkan bermain sendirian dengan kreasi dia sendiri untuk melayani dua bomber AC Milan, Shevchenko dan Crespo. Fakta yang menarik adalah, reporter BBC mencatat bahwa keriuhan di stadion menjelang pertandingan, didominasi oleh fans Liverpool dengan 1:7.


1' Wasit peluit kick off untuk menandakan pertandingan telah dimulai. Baru berjalan sekitar 35 detik'an, Paolo Maldini berhasil menjebol gawang Dudek lewat tendangan volinya. Maldini memanfaatkan free kick Andrea Pirlo dari sisi kiri pertahanan Liverpool. Pirlo dengan jeli melihat situasi kelemahan pertahanan LFC. 18' Harry Kewell menambah daftar panjang penderitaan Liverpool dibabak pertama. Lututnya tidak mampu lagi untuk melanjutkan final. Smicer masuk menggantikan Kewell. 20.000 traveling kop yang datang ke Ataturk tidak henti-hentinya memberikan nyanyian, teriakan agar para pemain LFC bangkit. Sebelum persis memasuki menit ke 38, Liverpool lebih sedikit bisa menekan, namun pergerakan Kaka lagi-lagi menjadi masalah yg dikhawatirkan. Dan akhirnya petaka ke 2 pun datang, Luis Garcia dijatuhkan Nesta dalam kotak penalti Milan. Namun wasit mengacuhkan kejadian tersebut. Pertahanan LFC tidak siap menerima serangan balik yang dilakukan Sheva sampai dia memberikan sodoran dari kiri hingga menemui Crespo. Crespo dengan mudah menceploskan bola ke gawang Dudek tanpa pengawalan berarti. 2-0 untuk Milan. Peruntungan AC Milan tidak habis disitu saja,beberapa menit kemudian, Kaka kembali menjadi malapetaka. Pergerakan dia ditengah lolos dari pengawasan Xabi Alonso dengan cerdik melihat pergerakan tanpa bola Crespo.Langsung saja dia lambungkan bola,dan mampu dikontrol Crespo tanpa ada kesulitan menaklukkan Jerzy Dudek. Jamie Carragher tak sempat menjangkau Crespo saat itu karena sudah kalah pace duluan. 3-0 untuk AC Milan. Sebuah bencana yang krusial bagi Liverpool dimana mereka tidak mampu menahan Milan.
Half time:
apa sebenarnya yang dilakukan Rafa Benitez saat berada di dressing room untuk membangkitkan rasa semangat pemain Liverpool yg tengah drop? inilah beberapa pernyataan pemain Liverpool yang berada di dressing room......

Steven Gerrard: Rafa masuk ke ruang ganti, menenangkan kita semua, menulis sesuatu di papan taktik dan dia berkata " yang harus kita lakukan hanyalah mencoba mencetak goal seawal mungkin dan itu akan merubah segalanya, percaya " aku hanya duduk termenung dan berpikir kalau semuanya telah berakhir saat itu "

Jerzy Dudek: " Rafa hanya mengatakan bahwa kita adalah Liverpool Football Club dan kita tidak mungkin terbantai. ikuti suara-suara riuh fans di luar sana " 

Djimi Traore: " Saat kami sedang berada di ruang ganti, kami semua mendengar AC Milan sedang merayakan kemenangan mereka di babak pertama mereka merayakan seolah mereka telah juara. Namun mereka tak sadar bahwa mereka lah yang memicu rasa 'lapar' kami di babak kedua " 

Luis Garcia: " Saat kami semua duduk termenung diruang ganti, kami mendengar para fans tanpa henti menyanyikan YNWA di luar sana, apa kamu bisa membayangkannya? kita tertinggal 3-0 dalam sebuah final namun 45.000 fans masih percaya kalau kita mampu bangkit."


Lanjut ke babak kedua, babak baru di mana sejarah baru akan tercipta dan babak baru akan hal yang tidak mungkin bisa dilupakan. Di babak kedua, Rafa memutuskan untuk memainkan Didi Hamann yang akan diplot sebagai holding and supplying midfielder agar Stevie dapat leluasa memainkan perannya sebagai dirijen. Xabi masih diplot sebagai supplier bola ke berbagai arah. Didi Hamann masuk mengantikan Finnan. Dengan masuknya DIdi Hamann secara otomatis, Liverpool bermain dengan 5 gelandang dengan Didi bantu cover Stevie. Luis Garcia menemai Baros di depan. Xabi Alonso tenang sebagai supplier sekaligus defensive midfielder.Traore digeser masuk agak dalam pertahanan.pusat serangan ada di Stevie
'54 Riise mencoba mengirimkan sebuah cross ke kotak penalti AC Milan, namun masih dapat di blok dan kesempatan kedua langsung dia manfaatkan Riise melihat Stevie tanpa pengawalan berada di dalam kotak penalti lawan, langsung dia kirim cross,sebuah tandukan Stevie masuk ke pojok kanan gawang Dida yang saat itu sudah mati langkah. 1-3 untuk Liverpool. Kapten Stevie langsung mengangkat kedua tangannya dan mengayunkan ke atas sampai 4 kali sebagai sinyal " hayo bangkit, hayo bangkit " dan dari momen itulah, Liverpool menemukan kembali semangat bertanding mereka.
Hanya dalam tempo 2 menit setelah terjadinya goal pertama, Liverpool kembali menunjukkan kelasnya dengan mengurung habis pertahanan AC Milan. Vladimir Smicer melepaskan tendangan geledek berjarak sekitar 20 meter dan meluncur akurat ke sudut pojok gawang Dida. Thanks to Carra yang melihat posisi leluasa Smicer.
Dan 3 menit kemudian, sebuah pergerakan tanpa bola Stevie masuk ke dalam kotak penalti untuk sodoran dari kanan. Dengan pengawalan ketat dari Gennaro Gattuso dan dengan sedikit trik gravitasi bumi dari Stevie, dia terjatuh. dan wasit langsung menunjukkan titik putih dan Liverpool mendapatkan penalti. Para pemain Milan langsung menghampiri sang wasit namun wasit tetap dengan pendiriannya. Xabi Alonso ditunjuk sebagai algojo. Xabi Alonso menendang bola ke arah kiri namun masih dapat diblok Dida, bola rebound langsung disambar Xabi yang lebih cepat bergerak. 3-3 kenyataan yang ada di papan skor. Dramatis, satu kata yang bisa menggambarkan apa yang dilakukan pemain Liverpool dalam tempo 6 menit saja.

Liverpool mulai mengendurkan serangan ketika memasuki menit ke 84. Rafa memasukkan final change yaitu Cisse mengantikan Baros. Sedangkan Milan? Carletto memperbaharui amunisi serangan dengan memasukkan Jon Dahl Tomasson menggantikan Crespo serta Serginho for Seedrof. Sampai akhir babak kedua skor berubah drastis. 3-3, semua fans Liverpool tak hentinya menyanyikan YNWA, Fields of anfield road dan lain-lainnya.  Pertandingan dilanjutkan melalui babak extra time. Stevie sekarang diplot sebagai bek kanan untuk membantu pertahanan Liverpool. Di extra time 1 dan 2, semuanya jadi milik Milan dan Jerzy Dudek. Di kedua babak ini, Milan menekan penuh namun Dudek lah yang jadi pusat perhatian. Karena setidaknya ada 3 saves penting di interval tambahan ini. Yang terheroik saat mementahkan 2 peluang emas depan mulut gawang oleh Sheva dalam satu momen.
Akhirnya pertandingan harus dilanjukan ke babak tos-tosan a.k.a adu penalti. Rafa menunjuk Hamann,Cisse,Smicer,Riise sebagai algojo pertama. Sementara itu, Carletto menunjuk Serginho, Pirlo, Kaka, Tomasson dan Sheva sebagai algojo mereka. Penendang pertama AC Milan, Serginho melayangkan bola entah kemana, Didi Hamann menyelesaikan tugasnya dengan baik walaupun dia sempat mengeluh sakit di kakinya saat babak extra time. Pirlo juga menjadi penendang yg gagal setelah tendangannya dimentahkan Dudek. Cisse yang pada pertandingan terakhir vs Aston Villa mencetak goal lewat titik penalti, kali ini dia sukses pula mempecundangi Dida. 2-0. Jon Dahl Tomasson maju dan menyelesaikan tendangan dengan baik membuat score pertama Milan dalam adu penalti sebelum Smicer datang dan memperpanjang jarak menjadi 3-1.Kaka berikutnya ambil giliran, tanpa cacat dia ceploskan bola walaupun Dudek sudah melakukan apa yang dianjurkan Carra untuk mengikuti goyangan spagetti ala Bruce Grobbelaar. 3-2. Riise maju untuk mengesekusi penalti, namun sayang tendangannya masih mampun dimentahkan DIda. Dan penendang terakhir datang, Andriy Shevchenko menghadapi Dudek. Sheva taruh bola, )ambl bidikan ke tengah,namun dia salah perhitungan waktu.Dudek sudah salah gerak,tapi bola masih dapat teraih dirinya. LIVERPOOL BERSORAK!!!!!!!

LIVERPOOL ARE THE CHAMPION OF THE EUROPE, AGAIN. Akhirnya setelah penantian panjang 20 tahun lamanya, Liverpool berhasil memecahkan kutukan 20 tahun lamanya. Sebuah pertandingan paling dramatis yang pernah ada, yang paling menyedot banyak perhatian dan yang paling banyak menyimpan nilai kehidupan. Atas raihan gelar kelima ini, Liverpool dianugerahi UEFA Badge Of Honour atas keberhasilan mereka meraih trofi eropa yang kelima yang artinya Liverpool berhak untuk menyimpan trophy asli Liga Champions.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar